M. Yahya Ketua KWU Pasuruan dan Agus Nurcahyo, Sekretaris, dalam pertemuan membahas Era New Normal di Lesehan Sumber Suko, Beji, Pasuruan

Pasuruan,- Berhembusnya isu kebijakan baru berupa New Normal, membuat kalangan wirausaha seolah mendapatkan suntikan energi positif untuk menata kembali perekonomian mereka yang sempat Terpuruk gegara terdampak Corona.

Tidak ketinggalan Komunitas Wirausaha (KWU) Pasuruan. Melalui ketuanya, M. Yahya dan Sekretarisnya Agus Nurcahyo berpendapat bahwa menyongsong era New Normal ini adalah momentum untuk membangkitkan kembali dunia berwirausaha.

Diakui keduanya bahwa sejak pemerintah terus menghimbau agar masyarakat stay at home atau berdiam di rumah saja, dampaknya sangat terasa bagi dunia wirausaha, termasuk di Pasuruan.

M Yahya memberi kesaksian, sejak pemerintah giat mengobrak warung-warung supaya tidak melayani pembeli dan cangkruan dalam di warung, sebagai upaya memutus penyebaran virus Corona, dampaknya terasa sekali bagi pedagang maupun kalangan wirausaha.

“itu berimbas pada berkurangnya omset penjualan di warung kami hingga 60 – 70 %. Biasanya kalau Bulan puasa normal orang buka bersama itu bisa mencapai 200 orang selama 1 bulan. Pada saat pandemi kemarin orang buka puasa hanya beberapa orang saja,” jelasnya.

Agus Norcahyo juga demikian. Pedagang Jus buah asal Bangil Pasuruan ini bercerita, jika hari normal ia bisa mejual jus buahnya hingga 200 cup per sore hari menjelang buka puasa. Namun ketika pandemi kemarin persore hari penjualan jus buahnya ia hanya mampu menjual rata-rata hanya 50 cup saja.

“Omset berkurang 60 % itu hanya cukup bisa jalan saja. Bahkan kalau dihitung dengan membayar gaji karyawan itu bisa tekor,” kata Agus.

Seperti pantauan media ini, beberapa pedagang mulai jalan raya Pandaan – Gunung Gangsir hingga Sumber Suko Beji Pasuruan mulai ramai. Begitu juga dengan lesehan Sumber Suko yang saat bulan puasa kemarin sepi, kini mulai menggeliat. Beberapa pembeli sudah mulai ramai, dampak dari isu New Normal.

Menurut M. Yahya, meski New Normal itu bedampak baik bagi pemulihan dunia wirausaha, namun belum bisa maksimal seperti halnya normal seperti pada saat sebelum adanya Corona.

“Setidaknya hingga 3 – 4 bulan kedepan pulihnya masih belum signifikan. Pulihnya itu hanya sebatas orang mulai ramai beraktifitas, mulai ramai dijalan-jalan. Namun masih belum ramai dalam artian peningkatan penjualan atau pemulihan berwirausaha,” tuturnya.

Ketua KWU yang juga mantan Ketua PMII Sidoarjo ini menegaskan kalau New Normalnya pasca pandemi Corona ini berbeda dengan normalnya era reformasi dulu.

“Kalau normalnya paska reformasi asumsinya akibat peraturan yang tidak jelas. Begitu aturannya diganti maka investor menjadi kembali menanamkan modalnya, dan dunia usaha kembali normal. Tapi normalnya di era New Normal ini masyarakat masih dihantui dan ada rasa trauma Masalah Corona,” kata Yahya.

Disamping itu, tambahnya, sekarang ini daya beli masyarakat masih menurun karena masih banyaknya pengangguran akibat banyak perusahaan yang mem PHK karyawannya.

Yang tidak kalah pentingnya, menurut Agus Nurcahyo, pemerintah harus memberi himbauan kepada masyarakat soal pentingnya pencegahan Corona tetapi yang tidak berdampak masyarakat menjadi takut.

“Karena kalau kebablasan himbauannya maka masyarakat menjadi takut untuk keluar, takut untuk berbelanja, dan itu berdampak bagi pemulihan dunia UKM atau wirausaha.” jelasnya.

Agus menambahkan, jika pemerintah atau media terus mengekspos berita kematian akibat Corona itu mengakibatkan masyarakat menjadi takut.

“Hari ini trennya masyarakat sudah mulai jenuh dengan pemberitaan kematian dimedia. Saya melihat di fb kalau ada berita kematian itu yang ngelike cuma sedikit. Kalau berita kesembuhan itu yang ngelike banyak sekali.” jelasnya.

Harapan dari masyarakat, seperti yang disampaikan M. Yahya ini adalah, Pemda Pasuraun maupun masyarakat dengan adanya New Normal ini bisa memunculkan isu yang positif. Dengan demikian perbaikan nasib dunia wirausaha ini akan bergeliat membaik. Sehingga orang tidak takut lagi membelanjakan uangnya karena menganggap persoalan ini sudah selesai.” tambahnya lagi.

Yahya menambahkan, banyak faktor yang mengakibatkan masyarakat itu menjadi takut untuk membelanjakan uangnya karena, pertama takut tertular Corona kalau nanti keluar rumah. Yang kedua karena disamping pemerintah menghimbau agar tidak keluar rumah.

Karena itu KWU Pasuruan ini lanjutnya senantiasa menjaga soliditas dan solidaritas anggota agar senantiasa terus survive dalam berwirausaha pada kondisi apaun.

Bagi Yahya, dengan adanya berkoloni atau berkelompok dalam dunia wirausaha itu manfaatnya banyak sekali untuk strategi marketing.

“Misalnya terus menjaga solidaritas agar membeli produk sesama teman di Anggita KWU. Dan itu bermanfaat bagi pertahanan untuk kelangsungan wirausaha,” jelasnya. (mnr).